Becoming a Lawyer (2)— Law Firm Besar atau Kecil?

Arief Hutahaean
5 min readFeb 23, 2020

--

Photo by Benjamin Child on Unsplash

Mana yang lebih baik, kerja pertama kali di law firm besar atau kecil? Ini adalah pertanyaan yang sering saya dapatkan ketika saya kembali lagi ke kampus untuk melatih mahasiswa. Ya, kalau dilihat dari pertanyaannya, kebanyakan dari mereka ingin jadi lawyer. Kebanyakan dari mereka merasa kesulitan menentukan pilihan. Bisa dimaklumi, mereka tak punya cukup data.

Apa yang saya paparkan selanjutnya adalah perspektif seorang lawyer yang bekerja pertama kali di law firm besar, dan kemudian pindah ke yang relatif kecil (pada waktu itu). Sebagai konteks, saya pertama kali bekerja di HHP Law Firm (member firm of Baker McKenzie). Saya di HHP Law Firm cukup lama. Kemudian pindah ke UMBRA — Strategic Legal Solutions, yang pada waktu itu lagi mengembangkan bisnisnya.

Law firm besar vs kecil. Kalau mahasiswa bertanya tentang ini, biasanya mereka penasaran dengan besar kecilnya gaji dan banyak sedikitnya pengalaman yang didapatkan. Gaji besar, bagus. Pengalaman banyak, mantap. Harus diakui, pertanyaan ini sangat wajar diajukan oleh mahasiswa. Bagaimana tidak, mereka tak mendapatkan banyak informasi mengenai apa yang terjadi di dunia kerja sana. Yang mereka dengar kebanyakan adalah opini publik — beberapa betul, beberapa salah — yang sudah terbentuk untuk law firm besar dan kecil.

Terlepas dari opini publik yang sudah terbentuk tentang dua spektrum tempat kerja itu, yang kamu harus pahami adalah tidak ada tempat kerja yang sempurna. Ada banyak sekali hal yang mempengeruhi bagus tidaknya sebuah law firm. Coba pertimbangkan hal-hal ini. Gaji sedang dan jam kerja fleksibel? Gaji besar dan pulang pagi? Lanjut. Gaji besar dan pengalaman super banyak? Gaji sedang dan suasana kerja yang asyik? Lebih ribet lagi. Gaji besar, pengembangan karir yang jelas, klien internasional, pulang larut malam, tekanan lumayan besar? Gaji sedang, proyek lokal, jam kerja fleksibel, lingkungan kerja yang asyik, pengembangan kualitas profesional kurang?

Ekspos mahasiswa ke tarik ulur begitu, pasti pusing. Jangankan mahasiswa, yang sudah bekerja pun kadang pusing menyikapi hal-hal itu. Poinnya, keputusan untuk memilih law firm besar atau kecil adalah keputusan untuk mengambil risiko demi hadiah. Risk vs reward. Selalu ada talik ulur. Pola pikir ini akan membantu membuat keputusan. Pertanyaannya adalah apakah kamu siap untuk mengambil resiko — berkorban — demi mendapatkan hadiah yang kamu mau di tempat kerja?

Di sisi lain, law firm adalah sebuah bisnis. Dalam bisnis, tenaga kerja adalah biaya — dengan catatan, mereka juga adalah aset, khususnya di sektor jasa hukum. Cara berpikir pebisnis adalah biaya harus lebih kecil dari pendapatan, supaya dapat untung. Artinya, law firm yang berani membayar mahal pasti punya ekspektasi tinggi dari kamu, supaya bisnisnya untung. Terjemahan dari ekspektasi tinggi ini adalah kualitas kerja yang baik, jam kerja yang tinggi tapi efisien, pengembangan karir yang bagus, dan seterusnya. Law firm kecil akan memiliki ekspektasi yang berbeda pula. Tapi ingat, selalu ada saja penyimpangan. Ada saja law firm yang meminta lawyer-nya untuk kerja keras dengan bayaran yang tak sebanding.

Perjalanan karir jangka panjang. Pilihan kerja di law firm besar atau kecil bukan sekadar pilihan untuk hari ini saja. Dampak pilihan ini seperti riak air — sampai ke masa depan. Pikirkanlah pula kamu ingin bekerja dimana dalam 3, 5 atau 10 tahun ke depan. Kadang realita itu kejam, kamu tak dapat law firm besar sekarang. Tapi tiga tahun lagi siapa yang tau. Banyak kolega-kolega saya yang menempuh perjalanan karir seperti ini. Mereka bekerja keras di law firm kecil untuk membangun karakter yang dicari oleh law firm besar. Kadang mereka menjadi lawan main lawyer di law firm besar dalam sebuah proyek — kesempatan menunjukkan taringnya. Begitu waktunya cukup dan ada kesempatan, mereka kembali membidik kesempatan kerja di law firm besar.

Tempat kerja pertama memang akan berpengaruh terhadap personamu di dunia kerja. Tak bisa dipungkiri, mendapat stempel bukti pernah kerja di tempat yang bagus adalah sebuah nilai plus dalam perjalanan karir sebagai lawyer. Tapi itu bukan segalanya. Dibalik tempat kerja yang bagus, selalu ada ekspektasi yang tinggi. Pada akhirnya, semua ditentukan oleh kualitas kamu juga. Dengan kata lain, kerja keras dan disiplin.

Pengenalan karakter dan disiplin. Pertanyaan di law firm besar atau kecil biasanya diajukan dengan asumsi bahwa kamu siap menghadapi tantangan di yang besar dan kecil. Apakah itu benar? Tanyalah pada dirimu, apakah kamu punya kualitas yang dicari oleh kantor yang kamu inginkan? Saya sudah menyaksikan orang-orang yang hanya bertahan di law firm besar selama tiga bulan. Alasannya banyak, kadang karena keputusan bisnis law firm itu. Kadang karena tak kuat menghadapi tekanan dan ekspektasi. Ada pula orang yang mulai di law firm kecil, gembira di sana dan bekerja sepenuh hati. Kemudian ia berkembang dan akhirnya dibajak oleh law firm besar dan sukses di sana.

Kerja keras mutlak di law firm. Supaya membuahkan hasil, harus ada pula disiplin. Apakah kamu punya karakter itu? Di law firm besar atau kecil pun, kalau kamu tak bekerja keras dan disiplin, ya tak kemana-mana. Kalau kamu punya karakter itu, mulai dari yang besar atau kecil menjadi tak mendebarkan. Mulai di law firm kecil pun, kalau lingkungannya baik, niscaya karaktermu pasti berkembang dan lebih baik.

Di pengalaman saya, perjalanan yang saya hadapi pun tak mudah di HHP. Saya masih ingat harus banyak belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja internasional dan tinggi tekanan. Maklum, dulu kerjaan saya di kampus cuma ikut NMCC. Benar saja, talik ulurnya nyata. Yang kamu terima relatif baik — gaji, fasilitas dan pengalaman kerja dengan orang-orang hebat. Yang kamu korbankan relatif banyak — waktu tidur, bercengkerama dan seterusnya. Di dalam sana pun kerja kerasnya dan disiplinnya mutlak — yang meminta bukan cuma kantor, tapi klien juga. Pada akhirnya semua itu tergantung dengan perspektif kamu dan rencana karir kamu.

To close, law firm besar atau kecil? Kamu harus memilih dengan informasi yang cukup (informed decision making). Ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan — tarik ulur risk and reward, rencana karir jangka panjang dan pengenalan diri sendiri. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan. Yang bisa kamu lakukan adalah buatlah keputusan dengan informasi yang cukup dan risk management. Semoga bermanfaat. Salam.

Sebagai catatan, ini adalah bagian dari serangkaian tulisan tentang perjalanan karir di industri hukum — sebagai fintech lawyer dan in-house counsel. If you ever need to chat with me, feel free to say hi at my email address below!

Arief Raja Jacob Hutahaean | LinkedIn

--

--

Arief Hutahaean
Arief Hutahaean

Written by Arief Hutahaean

Technology lawyer from Indonesia. LLM from Cornell Tech. All the articles are my personal views.

No responses yet